(Artikel ini diambil dari pengembangandiri.com)

Apa itu parenting? Apa ya bahasa Indonesia yang sepadan dan benar-benar mewakilkan kata parenting? Atau mungkin yang terpenting apa sih yang ada di benak saya ketika kata ini terucap?

Mungkin pertama kali yang terlintas adalah kalimat ‘pengasuhan anak’.
Tetapi apa iya definisinya sesederhana itu?
Bagi saya pribadi memang agak sulit untuk me-label atau mendefinisikan suatu hal, seperti parenting ini, yang terasa begitu kompleks dan abstrak. Definisi rasanya seperti berusaha untuk membatasi suatu hal pada rangkaian kata tertentu, padahal mungkin hal tersebut tidak sedemikian sederhananya dan memiliki begitu banyak kekayaan arti.

Jadi bagaimana kalau saya coba ilustrasikan saja?

Oke… Ilustrasi saya sebagai berikut : parenting itu seperti layaknya sebuah hobi yang terus-menerus kita lakukan tetapi pada satu titik merasa bosan lalu istirahat sejenak namun kemudian merasa ada yang hilang dan akhirnya kembali melakukan hobi tersebut.

Ketika pada satu titik dalam kehidupan ini, kita diberikan kesempatan untuk ‘mendapatkan’ seorang manusia cilik, saya yakin seluruh hidup kita pasti turut berubah.

Kita belajar untuk bangun di tengah malam buta, di tengah-tengah mimpi indah, karena ada yang menangis berteriak-teriak lapar. Kita belajar untuk siap siaga 24 jam akan panggilan darurat yang siap menghentak kapan saja. Kita bahkan belajar untuk membersihkan tinja yang dulu mungkin rasanya jijik sekali, namun seiiring dengan waktu tugas yang menjijikkan tersebut jadi terasa begitu dekat dengan kita.

Pada masa-masa itu, saya yakin kita akan berpikir, “duh… kapan ya gedenya, jadi bisa mandiri sendiri”.
Namun ketika masa ‘gede’ itu tiba, apa iya pekerjaan kita selesai?.

Tampaknya, dan tentunya!, tidak.

Masalah baru timbul. Pelajaran baru juga datang.

Kita jadi belajar untuk berlari 10 putaran hanya karena mengejar mereka demi memasukkan sesendok nasi. Kemudian 10 putaran lagi untuk suapan berikut, dan begitu seterusnya sampai kemudian rasanya kita sudah mampu ikut olimpiade lari nasional. Mimpi-mimpi indah kita juga tetap mungkin terpotong di tengah karena ada yang merengek minta ditemani ke kamar kecil. Hanya saja mungkin sekarang kita sudah lebih ahli dan terbiasa dengan hal tersebut meskipun masih sambil menutup mata berjalan menuntun tangan mungilnya ke kamar kecil. Kita jadi belajar untuk pintar menjawab secara instan terhadap pertanyaan-pertanyaan dadakan yang sebagian besar justru datang di saat kita paling tidak siap.

Kemudian lagi… dan lagi… dan lagi… pelajaran itu datang silih berganti.

Kita selalu berdoa akan saat-saat tenang. Saat dimana kita dapat menikmati waktu tanpa rentetan pertanyaan, tanpa berondongan permintaan tolong, tanpa teriakan marah, tanpa cibiran tak setuju. Saat dimana kita bisa berbaring dengan tenang, menguyah menelan makanan dengan damai, menonton televisi tanpa ada yang merebut remote-nya.

Tetapi berapa lama kita betah dengan kondisi tenang tersebut?
Satu jam? Satu hari? Satu minggu? atau satu bulan?

Pasti akan tiba satu titik, dimana kita kembali merindukan segala kekacauan tersebut.

Kenapa? Karena segala kekacauan tersebutlah yang memberikan segala keindahan dalam hidup kita. Dan segala kekacauan itulah yang justru menawarkan beragam hal tak ternilai harganya.

Bayangkan ucapkan terima kasih yang meluncur dari bibir mungilnya.
Bayangkan tangan yang terasa begitu kecil sekali dalam genggaman tangan kita.
Bayangkan tawa lepas polosnya yang begitu sederhana menertawakan mimik lucu kita.
Bayangkan detak jantung dan setiap tarikan napasnya dalam pelukan kita.
Bayangkan pipi montoknya yang selalu bergerak naik turun ketika menguyah makanan.
Bayangkan ciuman-ciuman penuh kasih yang begitu tulus untuk kita.
Bayangkan pelukan erat yang rasanya tidak tertukar dengan apapun di dunia ini.

Bayangkan kesempatan bagi kita untuk berkembang dan belajar dalam berbagai aspek kehidupan ‘hanya’ karena kehadiran seorang manusia cilik dalam hidup kita!

Rasanya semua akan setuju jika saya katakan parenting bukan hal yang mudah.
Dan saya yakin tidak akan ada yang bisa secara sempurna melakukan pekerjaan ini.

Namun saya pribadi, bersyukur telah mengambil pekerjaan ini sebagai sebuah hobi yang saya lakukan dengan penuh cinta dan kasih. Walaupun saya mengakui ada masa dimana rasanya saya ingin melepas hobi ini. Tetapi percayalah masa tersebut berlalu dengan cepat. Saya ketagihan dengan hobi ini dan tampaknya tidak bisa lepas terlalu lama darinya. Pekerjaan ini telah menjadi suatu pekerjaan yang begitu menyenangkan dan memberikan ‘penghasilan’ yang jauh lebih besar dari penghasilan Bill Gates sekalipun.

Saya pun tentu tidak sempurna dalam melakukan pekerjaan ini, tetapi saya bersyukur karena manusia cilik yang ada dalam hidup saya juga tidak pernah meminta saya untuk sempurna. Dengan segala kekacauan yang telah hadir seiring dengan tibanya manusia cilik dalam hidup saya, saya justru merasakan memiliki hidup yang sempurna. Kita belajar bersama dan mencintai bersama.

Agaknya parenting telah menjadi berkah tak terhingga yang pernah datang dalam hidup saya dan semoga demikian pula adanya (atau akan adanya) dengan Anda.

date Thursday, September 06, 2012

0 comments to “[ARTIKEL] Berkah dalam Pengasuhan Anak”

Leave a Reply:

Note: Only a member of this blog may post a comment.

Blogger templates

Blogger news

ChickenChickenChickenChicken ChickenChicken